Meski sirkuit terbatas soal area
pengereman, tapi Amir Ceria mampu bikin Yamaha Mio ini tembus 7,771 detik di
lintasan 201 meter. Yup! Mio milik Yong Motor ini meraja di kelas FFA Matik s/d
350 cc di salah satu event drag di Sirkuit Kemayoran, Jakarta Pusat, beberapa
waktu lalu.
“Ini juga belum maksimal banget.
Takut rem enggak dapat. Jadi, sebelum finish sudah kendurkan gas,” bilang Amir.
Wah, gimana kalau masih gas terus
tuh. Mungkin bisa lebih tajam lagi waktunya ya! Apa sih rahasianya? “Enggak
macem-macem kok. Yang penting, seting sesuai kebutuhan aja. Motor, butuh teriak
ketika sentuh jarak 150 -170 meter,” bilang Yong Mustofa, owner Yong Motor di
Jl. Serdang Raya, No. 4, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Bicara soal dapur pacu yukz! Untuk
membuat Mio ini gahar di kelas FFA, tentu kudu bikin bengkak kapasitas mesin.
Yong menempuh metode bore up dan stroke up. Demi perbesar isi silinder, doi
andalkan piston merek RRGS diameter 69 mm yang punya permukaan flat alias
datar.
Kemudian, kejar volume silinder
lebih besar lagi dengan stroke 90 mm. “Tapi untuk stroke ini, sekaligus ganti
kruk as dari part aftermarket Thailand,” ungkap pria 29 tahun yang beli kruk as
itu di gerai Kodok Motor, Jakarta.
Lewat aplikasi ubahan stroke dan
bore, Mio ini punya kapasitas engine 336,4 cc. Wah, besar juga tuh! Temani isi
silinder yang bengkak, lubang isapan dan buang juga disesuaikan.
Klep pakai punya mobil Toyota
Vios. Untuk klep in 34 mm. Sedang klep ex 29 mm. Menjaga naik-turun klep lebih
stabil, mekanik satu putri ini bikin dobel per klep. Pakai per klep standar
didobel per klep Honda Sonic yang bagian dalamnya.
Kinerja klep itu pun, ditemani
durasi kem yang diracik menjadi 269º. Sedang LSA-nya, bermain di 105,5º.
Karakter kem ini cenderung bermain di putaran bawah juga. Tak hanya teriak di
putaran tinggi. Lewat ubahan ini, lift klep sekarang menjadi 9,5 mm.
Dengan bukaan yang besar, tentunya
volume udara dan bahan bakar yang masuk ruang bakar juga musti disesuaikan.
Maka itu, Yong lebih pilih mereamer karbu Honda NSR SP. Yup! Keihin yang
aslinya berukuran 28 mm itu diperbesar venturi menjadi 31,5 mm. “Biar sesuai
kebutuhan di ruang bakar,” akunya.
Terakhir, biar tenaga puncak
keluar di jarak yang diinginkan, perbandingan gigi rasio 18/39 (2.166) dipasang
di girboks. Belum cukup sampai situ! Agar tenaga tidak liar di putaran bawah,
roller 14 gram dipasang di puli yang aplikasi milik Yamaha Fino.
1.Yamah mio
307 cc
Syaratnya cukup satu. Panjang trek, enggak boleh lebih dari 400 meter. “Mengikuti seting trek terpanjang aja deh. Ya, 400 meter. Lebih dari itu, kayaknya enggaklah,” ungkap pria berusia 28 tahun yang juga sudah siapkan dua CDI berbeda untuk trek 201 dan 402 meter itu.
BEDA RASIO
Sama seperti CDI, seting rasio yang diterapkan untuk trek 201 dan 402 meter juga berbeda. Untuk 201, kombinasi roller 10 dan 11 gram ditemani gir 17/38 mata. Lanjut ke 402 meter. Dengan kombinasi roller yang sama, gir 18/38 pun diandalkan untuk melesatkan Mio yang punya rangka 6 kg ini.
BRT VS VARRO
Pergi jauh-jauh ke Thailand, eh, ketemunya part asal Tanah Air juga. Iya, seperti otak pengapian alias CDI yang diaplikasi di Mio ini. Satu CDI dengan merek Varro untuk di 201 meter. Sedang 402 meter, pakai CDI BRT.
Untuk CDI Varro, pengirim percikan api ke busi alias koil mengaplikasi milik Honda CRF125. Yap, kepunyaan motor special engine (SE). Sedang untuk BRT, pakai koil Suzuki RM125.
MESIN 307 CC
Sebelum meminang alias melamar, tak ada salahnya tahu isi daleman Mio ini dulu. Jangan sampai nyesel di kemudian hari. Nah, Mio milik Nang-Neng Speed ini mantap diisi piston diameter 66 mm merek High Speed.
Tapi sebenarnya yang perlu ditakuti bukan itu saja.Melainkankenaikansaja. Melainkan kenaikan stroke yang diterapkan. “Stroke naik 16 mm pakai metode geser pen di kruk-as dan juga tambah pen stroke,.
Sabar cuy! 16 mm itu belum dihitung keseluruhan. Karena kalau dihitung keseluruhan, naik-turun stroke jadi 32 mm. Itu artinya dari 57,9 mm, panjang stroke naik jadi 89,9 mm. Dibulatkan, 90 mm. So, itu artinya kapasitas isi silinder Mio ini pun bengkak jadi 307 cc.
DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC Eat My Dust 50/90-17
Ban belakang : IRC Eat My Dust 70/90-17
Karburator : Keihin PE 28 MM
Spuyer : 140/40
Syaratnya cukup satu. Panjang trek, enggak boleh lebih dari 400 meter. “Mengikuti seting trek terpanjang aja deh. Ya, 400 meter. Lebih dari itu, kayaknya enggaklah,” ungkap pria berusia 28 tahun yang juga sudah siapkan dua CDI berbeda untuk trek 201 dan 402 meter itu.
BEDA RASIO
Sama seperti CDI, seting rasio yang diterapkan untuk trek 201 dan 402 meter juga berbeda. Untuk 201, kombinasi roller 10 dan 11 gram ditemani gir 17/38 mata. Lanjut ke 402 meter. Dengan kombinasi roller yang sama, gir 18/38 pun diandalkan untuk melesatkan Mio yang punya rangka 6 kg ini.
BRT VS VARRO
Pergi jauh-jauh ke Thailand, eh, ketemunya part asal Tanah Air juga. Iya, seperti otak pengapian alias CDI yang diaplikasi di Mio ini. Satu CDI dengan merek Varro untuk di 201 meter. Sedang 402 meter, pakai CDI BRT.
Untuk CDI Varro, pengirim percikan api ke busi alias koil mengaplikasi milik Honda CRF125. Yap, kepunyaan motor special engine (SE). Sedang untuk BRT, pakai koil Suzuki RM125.
MESIN 307 CC
Sebelum meminang alias melamar, tak ada salahnya tahu isi daleman Mio ini dulu. Jangan sampai nyesel di kemudian hari. Nah, Mio milik Nang-Neng Speed ini mantap diisi piston diameter 66 mm merek High Speed.
Tapi sebenarnya yang perlu ditakuti bukan itu saja.Melainkankenaikansaja. Melainkan kenaikan stroke yang diterapkan. “Stroke naik 16 mm pakai metode geser pen di kruk-as dan juga tambah pen stroke,.
Sabar cuy! 16 mm itu belum dihitung keseluruhan. Karena kalau dihitung keseluruhan, naik-turun stroke jadi 32 mm. Itu artinya dari 57,9 mm, panjang stroke naik jadi 89,9 mm. Dibulatkan, 90 mm. So, itu artinya kapasitas isi silinder Mio ini pun bengkak jadi 307 cc.
DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC Eat My Dust 50/90-17
Ban belakang : IRC Eat My Dust 70/90-17
Karburator : Keihin PE 28 MM
Spuyer : 140/40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar